Beberapa Hal yang Berkaitan dengan Nishfu Sya'ban
Definisi Nishfu Sya’ban
Kata “Nishfu” adalah bahasa Arab yang artinya : separo, sedangkan kata “Sya’ban” berasal dari bahasa Arab yang artinya cabang-cabang. Dalam istilah umat muslim Sya’ban ialah sebuah nama bagi bulan yang ke delapan dalam perhitungan tahun Hijriyah. Di kalangan masyarakat Jawa bulan Sya’ban disebut “Ruwah”. Jadi malam “Nishfu Sya’ban” adalah malam separonya bulan Sya’ban. Oleh karena satu bulan itu pada umumnya tiga puluh hari, maka Nishfu Sya’ban adalah malam tanggal lima belas bulan Sya’ban/ bulan Ruwah.
Keutamaan Bulan Sya’ban
Bulan Hijriyah yang kedelapan di sebut Sya’ban, karena didalamnya terdapat beberapa cabang kebajikan yang beraneka ragam.
وَسُمِّيَ شَعْبَانَ لِأَنَّهُ يَتَشَعَّبُ فِيْهِ خَيْرٌكَثِيْرٌ. إهـ مفاهيم السنه للسيد محمد بن علوي
Adapun kebajikan-kebajikan itu antara lain :
1. Pada zaman Nabi SAW. di bulan ini turun ayat Al-Qur’an tentang berpindahnya arah qiblat dari Masjidil Aqsha ke Baitullah (Ka’bah), yakni firman Allah :
فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ ۗ
Artinya :
“Palingkanlah mukamu ke arah masjidil haram.”(QS. Al-Baqarah : 144)
2. Pada zaman Nabi SAW. di bulan ini juga turun ayat sholawat, yakni firman Alloh :
اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰۤىِٕكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّۗ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
Artinya :
“sesungguhnya Allah dan Malaikat-Malaikat-Nya bersholawat kepada Nabi. Hai orang-orang yang beriman bersholawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepada-Nya.” (QS. Al-Ahzab : 56)
3. Setiap satu tahun sekali, amal para manusia seluruh dunia diangkat ke langit untuk dilaporkan kepada Alloh. Hal ini terjadi di bulan Sya’ban. Hadits Nabi SAW. :
عَنْ أَسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: قُلْتُ يَارَسُوْلَ اللهِ لَمْ أَرَاكَ تَصُوْمُ مِنْ شَهْرٍ مِنَ الشُّهُوْرِ مَا تَصُوْمُ مِنْ شَعْبَانَ؟ قَالَ: ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبَ وَرَمَضَانَ، وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيْهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِيْنَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِيْ وَأَنَا صَائِمٌ ( رواه النسائى)
4. Sepanjang tahun, di bulan Sya’ban ini ada satu malam yang agung dan berbarakah, yakni malam Nishfu Sya’ban yang disebut juga Lailatul Ijabah, Lailatul Ghufron, Lailatul Bara’ah dan Lailatul Qismah.
Kutamaan Malam Nishfu Sya’ban
Mengenai keutamaan dan keagungan malam Nishfu Sya’ban ini, kita bisa menyimak beberapa Hadist di bawah ini :
خَمْسُ لَيَالٍ لَاتُرَدُّ فِيْهْنَّ الدَّعْوَةُ: أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ رَجَبَ وَلَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ وَلَيْلَةِ الْجُمْعَةِ وَلَيْلَةُ الْفِطْرِ وَلَيْلَةُ النَّحْرِ. رواه ابن عساكر
Artinya :
“Ada lima malam, barang siapa berdoa pada malam itu tidak akan ditolak doanya, yaitu malam pertama pada bulan Rajab, malam Nishfu Sya’ban, malam Jum’ah, malam idul fitri dan malam Idul Qurban.” (HR Ibnu Asakir)
إِنَّ اللهَ يَنْزِلُ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ إِلَى سَمَاءِ الدُّنْيَا فَيَغْفِرُ لِأَكْثَرَ مِنْ عَدَدِ شَعْرِ غَنَمِ كَلْبٍ. رواه أحمد والترمذي وابن ماجه
Artinya :
“Sungguh Allah turun pada malam Nishfu Sya’ban ke langit dunia kemudian memberi ampunan kepada para hamba-Nya lebih banyak dari pada jumlah bulu kambing yang di miliki oleh suku Kalb.” (HR. Ahmad, Turmudzi dan Ibnu Majah).
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَتَانِيْ جِبْرَائِيْلَ عَلَيْهِ السَّلَامُ، فَقَالَ: هَذِهِ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ وَاللهِ فِيْهِ عُتَقَاءُ مِنَ النَّارِ بِعَدَدِ شُعُوْرِ غَنَمِ كَلْبٍ، وَلَايَنْظُرُ اللهُ فِيْهَا إِلَى مُشْرِكٍ وَلَا إِلَى مُشَاحِنٍ وَلَا إِلَى قَاطِعِ رَحِمٍ وَلَا إِلَى مُسَبِّلٍ وَلَا إِلَى عَاقٍّ لَوَالِدَيْهِ وَلَا إِلَى مُدْمِنِ خَمْرٍ. رواه البيهقى
Artinya :
“Dari Aisyah ra. Dia berkata bahwa Nabi SAW. bersabda telah datang kepadaku Malaikat Jibril AS. kemudian dia berkata : malam ini adalah malam Nishfu Sya’ban, pada malam ini Allah membebaskan penduduk neraka sebanyak bulu-bulu kambing yang dimiliki oleh suku Kalb. Pada malam ini Allah tidak memperhatikan orang musyrik, orang yang bermusuhan, orang yang memutuskan tali sanak famili, orang yang berpakaian dengan sikap sombong, orang yang menyakiti kedua orang tuanya dan orang yang gemar minum khamr.” (HR. Baihaqi).
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا أَنَّهُ قَالَ: إِنَّ اللهَ يَقْضِيْ الْأَقْضِيَةَ كُلَّهَا لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ وَيُسَلِّمُهَا إِلَى أَرْبَابِهَا لَيْلَةَ الْقَدْرِ
Artinya:
“Dari Ibnu Abbas RA. dia berkata : sunguh Allah memutuskan segala yang terjadi di alam ini pada malam Nishfu Sya’ban, kemudian menyerahkan isi keputusan itu kepada para petugasnya pada malam lailatul qodar.”
Amalan-Amalan yang Kita Lakukan untuk Menyambut Buan Sya’ban dan Malam Nishfu Sya’ban.
Berdasarkan beberapa Hadist di atas, kita mengerti tentang keagungan bulan Sya’ban dan malam Nishfu Sya’ban, sehingga wajar apabila kita umat Islam mengagungkannyya dan menyambutnya dengan amalan-amalan yang bernilai ibadah. Amalan-amalan itu antara lain memperbanyak berpuasa di bulan Sya’ban, sebagaimana Hadist Riwayat Nasa’I dari Usamah bin Zaid.
Sedangkan mengenai amalan pada malam Nishfu Sya’ban kita bisa menyimak pendapat para ulama seperti di bawah ini :
1. Sayyid Muhammad bin Alawi dalam kitabnya Idlohu Mafahimis Sunnah hal 95 memberi keterangan sebagai berikut :
لَمْ يَثْبُتْ عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دُعَاءٌ مُعَيِّنٌ خَاصٌّ بِلَيْلَةِ النَّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ، وَكَذَالِكَ لَمْ يَثْبُتُ صَلَاةٌ مُعَيِّنَةٌ خَاصَّةٌ بِلَيْلَةٍ النَّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ. وَإِنَّمَا جَاءَ التَّرْغِيْبُ بِإِحْيَائِهَا مُطْلَقًا بِأَيِّ أَنْوَاعِ الدُّعَاءِ وَالْعِبَادَةِ دُوْنَ تَعْيِيْنٍ. إهـ
Artinya :
“Tidak ada ketetapan dari Rasulullah SAW. tentang bacaan doa tertentu yang khusus untuk malam Nishfu Sya’ban, demikian pula tidak ada ketetapan mengenai shalat tertentu yang khusus untuk malam Nishfu Sya’ban. Hanya saja ada anjuran untuk menyambutnya secara mutlak dengan berbagai bacaan doa atau cabang-cabang ibadah tanpa ditentukan secara khusus
Kemudian dalam kitab tersebut hal. 98, Sayyid Muhammad menulis sebuah hadist :
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ: قَامَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنَ الَّيْلِ فَصَلَّى فَأَطَالَ السُّجُوْدَ حَتَّى ظَنَنْتَ أَنَّهُ قَدْ قُبِضَ، فَلَمَّا رَأَيْتُ ذَلِكَ قُمْتُ حَتَّى حَرَّكْتُ إِبْهَامَهُ، فَتَحَرَّكَ فَرَجَعْتُ فَسَمِعْتُهُ يَقُوْلُ فِيْ سُجُوْدِهِ أَعُوْذُبِعَفْوِكَ مِنْ عَذَابِكَ، وَأَعُوْذُ بِرِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ، وَأَعُوْذُبِكَ مِنْكَ إِلَيْكَ لَا أُحْصِى ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ. فَلَمَّا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنَ السُّجُوْدِ وَفَرَغَ مِنْ صَلَاتِهِ قَالَ: يَا عَا ئِشَةُ، أَظَنَنْتِ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ خَاسَ بِكِ؟ قُلْتُ: لَا وَاللهِ يَا رَسُوْلَ اللهِ، وَلَكِنْ ظَنَنْتُ أَنَّكَ قَدْ قُبِضْتَ لِطُوْلِ سُجُوْدِكَ، فَقَالَ: أَتَدْرِيْنَ أَيًّ لَيْلَةٍ هَذِهِ؟ قُلْتُ: اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمُ، قَالَ هَذِهِ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِلْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَرْحَمُ الْمُسْتَرْحَمِيْنَ وَيُؤَخِّرُ أَهْلَ الْحِقْدِ كَمَا هُمْ. رواه البيهقى
Artinya :
“Dari Aisyah ra. dia berkata : Rasulullah SAW. melakukan shalat malam dan sangat lama dia bersujud, sehingga saya mengira bahwa Rasulullah itu wafat. Sewaktu saya melihat itu; saya bangkit dan menggerak-gerakkan ibu jarinya dan ibu jarinya bisa bergerak. Kemudian saya kembali dan mendengar bacaan Rasulullah dalam sujudnya : saya berlindung dengan ampunan-Mu dari siksaan-Mu, saya berlindung dengan ridla-Mu dari kemurkaan-Mu dan saya berlindung dari Engkau kepada Engkau. Saya tidak mampu menghitung pujian-pujian kepada-Mu sebagaimana Engkau memuji kepada Dzat-Mu sendiri. Sewaktu beliau bangun dari sujud dan menyelesaikan shalatnya, beliau berkata : Hai Aisyah, apakah kamu mengira bahwa saya meninggalkanmu? Saya menjawab : Demi Allah, tidak ya Rasul, akan tetapi saya mengira bahwa engkau telah wafat, karena lamanya engkau bersujud. Rasulullah bertanya : Taukah kamu, malam apakah ini? Saya menjawab : Allah dan Rasulnya yang mengetahui. Rasulullah bersabda : malam ini adalah malam Nishfu Sya’ban. Allah berkenan memberi ampunan kepada orang-orang yang mohon rahmat dan Allah membiarkan orang-orang yang hatinya dendam, seperti keadaan mereka.” (HR. Baihaqi).
2. Selanjutnya dalam kitab itu juga, hal 100-101, Sayyid Muhammad menulis sebuah keterangan :
وَقَدْ جَرَتِ العَادَةُ بِقِرَاءَةِ هَذَا الدُّعَاءَ مَعَ تَرْتِيْبِ سُوْرَةِ يس, وَهُوَ: بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ, وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمْ. اللهُ يَاذَ الْمَنِّ وَلَا يُمَنُّ عَلَيْهِ يَاذَ الْجَلَالِ وَالْاءِكْرَامِ, يَاذَ الطَّوْلِ وَالْاءِنْعَامِ، لَا اِلَهَ اِلَّا أَنْتَ ظَهْرَ الَّاجِئِيْنَ, وَجَارَ الْمُسْتَجِيْرِيْنَ, وَمَأْمَنَ الْخَائِفِيْنَ, اَللّهُمَّ اِنْ كُنْتَ كَتَبْتَنِيْ عِنْدَكَ فِي أُمِّ الْكِتَابِ شَقِيًّا أَوْمَحْرُوْمًا أَوْمَطْرُوْدًا أَوْمُقْتَرًّا عَلَي فِي الرِّزْقِ فَامْحُ, اَللَّهُمَّ بِفَضْلِكَ شَقَاوَتِيْ وَطَرْدِيْ وَإِقْتَارِ رِزْقِي وَأَثْبِتْنِيْ عِنْدَكَ فِيْ أُمِّ الْكِتَابِ سَعِيْدًا مَرْزُوْقًا مُوَفَّقًا لِلْخَيْرَاتِ، فَإِنَّكَ قُلْتَ وَقَوْلُكَ الْحَقُّ فِي كِتَابِكَ الْمُنَزَّلِ عَلَى لِسَانِ نَبِيِّكَ الْمُرْسَلِ يَمْحُواللهُ مَا يَشَاءُ وَيَثْبُتُ وَعِنْدَهُ أُمُّ الْكِتَابِ، إِلَهِيْ بِالتَّجَلِّيْ أَلْاَعْظَمِ فِيْ لَيْلَةِ النَّصْفِ مِنْ شَهْرِ شَعْبَانَ الْمُكَرَّمِ الَّتِيْ يُفْرَقُ فِيْهَا كُلُّ أَمْرٍ حَكِيْمٍ وَيُبْرَمُ، أَسْأَلُكَ أَنْ تَكْشِفَ عَنَّا مِنَ الْبَلَاءِ مَا نَعْلَمُ وَمَا لَاتَعْلَمُ، وَمَا أَنْتَ بِهِ أَعْلَمُ إِنَّكَ أَنْتَ الْأَعَزُّ الْأَكْرَمُ، وَصَلَّى اللهُ تَعَالَى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمْ
Artinya :
“Telah menjadi adat kebiasaan membaca doa setelah selesai pembacaan surat Yasin; yaitu bismillahirrahmanirrahim; washollallohu ‘ala sayyidina muhammadin wa’ala alihi wa shohbihi wasallam. Ya Allah, Dzat yang memberikan anugerah dan tidak diberi anugrah, Dzat yang mempunyai keagungan dan kemuliaan, Dzat yang mempunyai pemberian dan kenikmatan, tidak ada Tuhan kecuali Engkau, tumpuan orang-orang yang mengungsi, yang melindungi orang-orang yang mohon perlindungan, mengamankan orang-orang yang ketakutan. Ya Allah, apabila Engkau menetapkan aku di Ummil Kitab sebagai orang yang celaka atau terhalang atau tertolak atau orang yang sempit rizqinya, maka dengan anugerah-Mu, sudilah Engkau menghapus kecelakaanku, keterhalanganku, ketertolakanku atau kesempitan rizqiku; dan sudilah Engkau menetapkan aku di Ummil Kitab sebagai orang yang beruntung menerima rizqi, dimudahkan untuk berbuat kebajikan. Sungguh Engkau telah berfirman dan firman-Mu adalah benar di dalam kitab-Mu yang Engkau turunkan kepada Nabi-Mu yang Engkau utus. Allah menghapus apa yang Dia kehendaki dan menetapkan apa yang Dia kehendaki dan disisi-Nya lahterdapat Ummul Kitab (Lauhil Mahfudh). Ya tuhan dengan berkah tajalli-Mu yang agung pada malam Nishfu Sya’ban yang mulia, yang pada malam itu segala urusan yang penuh hikmah dijelaskan dan diputuskan , aku mohon kepada-Mu untuk berkenan menghilangkan bala’ baik yang kita ketahui, yang tidak kita ketahui atau segala hal yang Engkau ketahui, sungguh Engkau adalah Dzat yang Maha Perkasa dan Maha Mulia.”
3. Syaikh Muhammad bin Darwisy dalam kitabnya Asnal Mathalib menulis keterangan sebagai berikut :
وَأَمَّا قِرَاءَةُ سُوْرَةِ يس لَيْلَتَهَا بَعْدَ الْمَغْرِبِ وَالدُّعَاءِ الْمَشْهُوْرِ فَمِنْ تَرْتِيْبِ بَعْضِ أَهْلِ الصَّلَاحِ مِنْ عِنْدِ نَفْسَهِ, قِيْلَ هُوَ اْلبُوْنِي وَلَابَأْسَ بِمِثْلِ ذَلِكَ.
Artinya :
“Adapun membaca surat Yasin pada malam Nishfu Sya’ban setelah maghrib dan membaca doa yang masyhur itu termasuk hal yang disusun oleh sebagian orang-orang yang sholih dari pribadinya sendiri. Dikatakan penyusunnya adalah Syeikh Al-Buni. Dan hal tersebut tidak ada jeleknya jika diamalkan.”
4. Sayyid Bakri dalam kitabnya I’anatut Tholibin memberi keterangan :
أَمَّا الصَّلَاةُ الْمَعْرُوْفَةُ لَيْلَةَ الرَّغَائِبِ وَنِصْفَ شَعْبَانَ وَيَوْمَ عَاشُوْرَاءَ فَبِدْعَةٌ قَبِيْحَةٌ.
Artinya :
“Adapun shalat Raghaib (pada malam jum’at pertama di bulan Rajab), shalat Nishfu Sya’ban dan shalat pada hari ‘Asyuro (10 Muharram) semua itu termasuk perilaku Bid’ah Qobihah (buruk) tidak patut diamalkan.”
Berdasarkan Hadist Nabi dan Fatwa para ulama tersebut, bisa kita simpulkan bahwa amalan yang dianjurkan dalam rangka menyambut malam Nishfu Sya’ban adalah amalan-amalan yang bernilai ibadah, antara lain :
- Melakukan shalat yang Masyru’ah ( shalat yang dianjurkan dalam syara’) seperti shalat Hajat, shalat tasbih dan shalat sunnah Mutlaqah
- Membaca Al-Qur’an, surat Yasin atau surat yang lain
- Berdzikir, beristighfar dan berdoa/ beristighosah
- Bersedekah menurut kemampuan
Kesimpulan ini kita bisa pahami dari kitab Idhohu Mafahimis sunnah hal. 95
فَمَنْ قَرَأَ وَدَعَا وَصَلَّى وَتَصَدَّقَ وَعَمِلَ بِمَا تَيَسَّرَ لَهُ مِنْ اَنْوَاعِ الْعِبَادَةِ فَقَدْأَحْيَاهَا وَنَالَ الثَّوَابَ عَلَى ذَلِكَ اِنْ شَاءَ اللهُ. اِهـ(اِيضاح مفاهيم السنة.)
Artinya :
“Barangsiapa yang membaca Al-Qur’an, berdoa, melakukan shalat, bersedekah, dan melakukan hal-hal yang bernilai ibadah menurut kemampuannya, maka orang itu sudah di sebut menyambut malam Nishfu Sya’ban dan Insya Allah akan mendapat pahala atas amal perbuatannya itu.”
Penulis : Fikri Mubarok, Mahasiswa UNU PURWOKERTO Fakultas Sosekhum
Referensi
Al-Qur’an dan Terjemahnya (Depag )
Tafsir Rawa’iul Bayan lis Syaikh Ali As-Shobbuni Juz Awal
Tafsir Showi juz awal
Tafsir Wajiz lil Wahidi
Tafsir Munir
Shohih Muslim
Shohih Bukhori
AL-Jami’us Shoghir lis Suyuthi
Komentar
Sangat bermanfaat semoga manfaat bagi warga indonesia
Komentari Tulisan Ini
Tulisan Lainnya
Ahad Hari Pertama Diciptakanya Dunia
Mengapa Jumlah Hari Ada 7? Di Indonesia, nama-nama hari yang berjumlah 7 yaitu: Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jum'at, Sabtu, dan Minggu (Ahad). Sejarah menuliskan, bahwa penamaan tersebu
MAHALLUL QIYAM
Pengertian Mahallul Qiyam Dalam pembahasan ini mahallul qiyam ialah pembacaan shalawat oleh para kaum muslimin/ musli
Ihwal Penyebutan Alaa Sayyidinaa Ibraahiim Dalam Tahyat Akhir
almasda.or.id- Materi dasar ibadah salat yang biasanya terangkum dalam kitab fikih ibadah praktis, terlebih dahulu akan mengenalkan hal-hal yang termasuk dalam syarat wajib salat, syara
Semangat